Selasa, 24 Mei 2011

Inilah Kronologi Ricuh Kongres PSSI Versi Agum


  Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar

Jakarta - Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar memaparkan dengan jelas kronologi kericuhan Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jumat (20/5/2011) WIB.

Kongres PSSI yang berlangsung di Ballroom Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, dengan agenda tungal yakni pemilihan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan sembilan anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2011-2015 berakhir dengan ricuh dan berujung pada ditutupnya kongres.
Sebenarnya, kongres pada awalnya berjalan dengan baik. Namun, suasana berubah menjadi panas setelah rehat pertama. Sebagian peserta kongres yang juga dikenal dengan sebutan Kelompok 78 terus menghujani Komite Normalisasi dengan interupsi dan meminta agar KN mengagendakan mendengarkan penjelasan Komite Banding.
Namun, hal itu tidak dikabulkan oleh Agum Gumelar dikarenakan hal itu tidak ada dalam agenda kongres. Tetapi, kelompok 78 tak mengindahkannya dan terus menerus melakukan interupsi dengan nada kasar dan berteriak.
Karena menganggap suasana tidak lagi kondusif, maka akhirnya Agum Gumelar memutuskan utuk menutup kongres pada pukul 20.45 WIB.
Dalam keterangan persnya di kantor sekertariat PSSI, Senayan, Jakarta, Senin (23/5/2011) WIB, ketua Komite Normalisasi mencoba menjelaskan kronologi lengkap kericuhan yang terjadi pada saat kongres PSSI lalu.
“KN mengemban tiga misi, yakni menyelenggarakan kongres, mengambil langkah terhadap Liga Primer Indonesia (LPI), dan menjalankan tugas harian PSSI,” paparnya.
“Keduanya sudah kita kerjakan dengan baik, tinggal yang pertama. Dengan mengupayakan menampung aspirasi, makan KN mempersiapkan dengan baik kongres PSSI yang berlangsung tangal 20 Mei.”
“KN berharap agar kongres berjalan dengan lancar dan tertib dan menghasilkan keputusan yang baik. Pada hari H, awalnya kongres berjalan dengan baik.”
“Tetapi ketika kongres memasuki pleno, ternyata suasana tidak berjalan sesuai rencana. Terjadi interupsi terus menerus dan dengan nada mengancam.”
“Saya berusaha untuk tetap mengakomodir keinginan floor. Sampai ketika break, mereka mendesak Thierry (Regennas) untuk menjelaskan alasan pelarangan George Toisutta dan Arifin Panigoro.”
“Penjelasanya cukup clear, tapi suasan bertambah panas. Sampai ada yang mengeluarkan pernyataan yang tidak pantas kepada tamu kami. Ini mengakibatkan respon yang tidak baik dari perwakilan FIFA dan AFC.”
“Thierry kemudian membisikkan kepada saya bahwa kongres ini tidak bisa lagi dilanjutkan. Saya bilang sabar dulu Thierry.”
“Sampai pada satu titik dimana peserta menyatakan mosi tidak percaya. Thierry kemudian bilang pada saya bawa dia akan keluar. Saya lalu bilang lagi kepadanya, sabar.”
“Akhirnya, saya menilai hal ini tidak bisa lagi ketemu. Jika dipaksakan, sampai lebaran haji juga AP-GT tetap tidak bisa lolos.”
“FIFA mendesak untuk menghentikan kongres. Akhirnya, dengan sangat menyesal saya memutuskan untuk menutup kongres.”
“Itulah yang terjadi. Sekarang itu semua telah terjadi dan kita semua prihatin terhadap apa yang terjadi pada saat kongres itu,” tandasnya.[yob]
Comment : untuk masalah ini menurut saya sebaiknya janganlah timbul konflik seperti ini. Mengapa dalam kongres PSSI saja harus terjadi konflik seperti ini. Janganlah kalian hanya berebut jabatan sebagai ketua PSSI. Tetapi tidak ada hasilnya. Kasihan para pemain-pemain timnas bila indonesia di beri sanksi oleh FIFA. Sehingga indonesia tidak di perbolehkan bermain dalam pertandingan-pertandingan, selama beberapa tahun. Bagaimana generasi muda pemain timnas bila kalian hanya berebut kekuasaan.

http://bola.inilah.com/read/detail/1537542/inilah-kronologi-ricuh-kongres-pssi-versi-agum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar